Di sini tokoh utamanya adalah aku. Lalu bagaimanakah aku? Subhanallah! Aku dianugrahi kekayaan yang melimpah saat aku dilahirkan. Aku kaya karena aku memiliki dua bola mata, dua telinga, satu mulut dan lidah, dan anggota tubuh yang lain tanpa adanya kondisi cacat sedikit pun. Penampilanku sempurna, tubuhku sempurna. Maha Sempurna Tuhanku yang menciptaku sedemikian indah. Keindahan yang hanya Dia titipkan padaku sehingga aku harus menjaganya.
Menjaga???
Amanah yang terasa amat sulit karena amanah adalah hal terberat yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban. Aku merasa aku telah gagal. Kegagalan karena tak bisa menjaga kekayaan yang Tuhan berikan padaku melalui kesempurnaan tubuhku. Mataku tak lagi sempurna, tetapi Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk menormalkan mataku kembali. Kini hanya tinggal mata kiriku yang minus 1,0. Hehehe,,,,mungkin udah nambah lagi! -----> duh, kenapa aku malah tertawa?? (-_-")
Aku sudah berusaha dan kini masih tetap berusaha. Ini adalah hasilnya! Mata minusku masih bisa normal kembali. Apa obatnya? Kesabaran dan doa! Sederhana bukan? Aku gak perlu lah operasi lasik! MAHAL, ehehehehee.....! Bukan aku tak mau berbagi, cukup dengan cara alami saja. Terapi alam untuk melatih mata sangat membantu. Haihai.....cukup ini saja yak! hihiiiii ^0^
Apapun kondisi kita, kita harus mampu berdiri tegak bukan?
Berdiri tegak . . . .
Itu yang aku lakukan dan itu juga yang jadi permasalahan. Dalam makna konotasi aku mampu berdiri tegak untuk bisa bertahan gak pernah jatuh saat ujian hidup telah tiba waktunya. Tetapi, dalam makna denotasi aku sekarang mungkin tak bisa sesempurna yang dulu.
Mengapa?
Tulang belakangku mungkin sedang ngambek karena aku selalu melalaikan dia. Tak hanya sekali atau dua kali loh! Tapi sudah menjadi hal yang biasa. Aku menyesal, hanya saja aku tak boleh cuma bisa menyesal! Aku harus mempertanggugjawabkan perbuatanku dan menerima segala konsekuensinya. Termasuk hubunganku dengan tulang rusukku.
Yah, kita twlah kalo tulang rusuk itu menempel pada tulang belakang. Huft,,,,!
Ya, Tuhan . . . .
Aku tau aku lalai dengan tulang belakang yang menopang tubuhku
Konsekuensi atas perbuatanku di masa lalu pun harus aku terima dengan senang hati
Akan aku jalani dengan penuh rasa sabar dan ikhlas
Aku pun harus menerima bahwa tulang rusukku melukai organ dalamku
Organ dalam yang seharusnya ia lindungi
Tapi tak apalah, aku terima adanya
Bagaimanapun rusuk selalu menempel pada tulang belakang
Tuhan, bolehkah hamba memohon pada-Mu?
Aku harap pemilik tulang rusuk ini tau, betapa aku bahagia menerima keadaan ini
Aku bahagia masih memiliki rusuk ini
Aku harap dia masih merasa sangat bahagia bila menemukan tulang rusuknya nanti
Aku takut....jujur aku takut
Aku tak dapat menjaga amanah ini dengan baik
Tuhan . . . .
Tulang rusuk ini memang mampu melukaiku
Tapi, bolehkah aku berharap sang pemilik rusuk yang mampu menjadi pelipur laraku???
Bolehkah aku masih memimpikan dia yang terbaik untukku???
Aku menantinya dengan penuh kesabaran dan ikhlas bersama semua kondisiku
Saat waktunya tiba, mungkin aku hanya bisa tertunduk malu
Malu karena tak menjaga amanah sehingga aku merasa tak mampu
Aku pasrah dan hanya bisa berikhtiar sembari berdoa sampai waktunya tiba....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar