Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya engkau telah berteriak.
“Ini tak adil bagi aku..”
Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya engkau menjejaliku dengan ribuan pertanyaan.
“Salah apalagi aku ini?”
Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya engkau membuatku gentayangan
“Dibumi manakah aku berpijak, seolah langit menolakku”
Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya engkau memenuhi rongga jiwaku
“Seperti zikir yang tak mau berhenti”
Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya engkau mengispirasiku
“Syair-syair mendayu melankolis”
Ketika diam telah jadi bahasa.
Sesungguhnya aku menunggu.
“Kapan diam itu menjadi bahasa yang lebih kupahami”
Biarkan “Diam” merenungi, mencari arti, hingga satu saat ia akan kembali.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar